Ini adalah deretan 5 kejadian mistis maupun misterius yang belum terpecahkan hingga saat ini di Bali. Misteri ini ada yang berkaitan dengan...
Ini adalah deretan 5 kejadian mistis maupun misterius yang belum terpecahkan hingga saat ini di Bali.
Misteri ini ada yang berkaitan dengan hal-hal yang dihubungkan dengan gaib dan juga ada fenomena alam.
Mulai dari fenomena colek pamor, ribuan burung mati mendadak sampai suara kulkul atau kentongan mistis.
Berikut ini adalah deretan kejadian mistis dan misterius yang belum terpecahkan.
1. Fenomena Colek Pamor
Bali pernah gempar oleh kejadian misterius colek pamor pada tahun 2005 lalu. Dimana colek pamor tersebut berbentuk tapak dara atau tanda tambah.
Fenomena ini terjadi persisnya pada awal tahun 2005. Kejadian ini pun membuat geger dan terjadi usai bencana besar tsunami di Aceh. Kejadian ini terjadi secara berantai dari satu pura ke pura lain. Sejumlah pura, hampir di seluruh Bali termasuk merajan milik keluarga dan pelangkiran juga tak luput dari tanda tapak dara yang dibuat dengan colekan pamor atau kapur sirih.
Jajaran Polda Bali saat itu pun ikut disibukkan untuk meneliti misteri colek pamor itu. Sampel kapur putih dari pura di Kabupaten Karangasem, ujung timur Pulau Bali, sampai pura di Tabanan, Bali barat, pun diteliti di Laboratorium Forensik Polda Bali. Setiap hari secara berantai colek pamor terus merambah desa lintas kabupaten dari Singaraja sampai Denpasar.
Dan menurut kabar, ada warga yang berusaha menghapus colek pamor tersebut, namun ia malah kerauhan. Akhirnya warga Bali pun membiarkan tanda itu tetap ada di pelinggih mereka.
Yang mengejutkan saat itu, colek pamor tapak dara ini juga muncul di kamar tidur Made Mangku Pastika, yang saat itu menjabat sebagai Kapolda Bali. Colek pamor ini ditemukan di pelangkiran atau tempat sesajen rumah dinas Mangku Pastika. Ia baru tahu hal itu sepulang dari Jakarta.
Menurut pengakuan Mangku Pastika yang dilansir dari Tempo, saat ditinggal ke Jakarta, rumah dinas miliknya dikunci rapat, bahkan dijaga polisi 24 jam. Namun ternyata colek pamor itu ditemukan ada di sana. Memang meninggalkan sebuah misteri. Mangku Pastika pun berkata: “Saya bukan paranormal. Ini miracle. Sebuah keajaiban. Believe it or not, but I believe it. Ini bukan perbuatan manusia. Ini ada aspek niskala (maya).”
Tahun 2018 fenomena ini pun kembali terulang. Dimana kejadian ini terjadi di Buleleng dan Jembrana pada bulan November 2018. Dimana, saat itu warga Banjar Banyuwedang, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng gempar dengan munculnya colek pamor tersebut.
Selain di Buleleng, di sejumlah pelinggih milik warga Jembrana juga banyak berisi colek pamor. Seperti yang terjadi di Banjar Banyubiru, Desa Banyubiru, Negara. Sejumlah pelinggih milik empat orang warga di banjar ini berisi colek pamor.
Pada tahun 2020, peristiwa colek pamor pada palinggih warga juga kembali muncul di Buleleng saat pandemi Covid-19. Colek pamor ini ditemukan di palinggih warga yang salah satunya berada di Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan/Kabupaten Buleleng.
2. Ribuan Burung Pipit Mati di Setra Pering Gianyar
Sebuah video mendadak viral di media sosial pada Kamis 9 September 2021. Video ini memperlihatkan ribuan burung pipit yang jatuh berhamburan di tanah.
Beberapa burung itu terlihat tak bisa bergerak, namun ada juga yang masih bergerak-gerak dan mencoba melompat dan terbang. Namun burung ini tak berhasil untuk terbang.
Diketahui kejadian ini terjadi di sebuah kuburan atau setra yang berada di Banjar Sema Pering, Kabupaten Gianyar, Bali. Burung ini diketahui berjatuhan setelah adanya hujan dan angin kencang di wilayah tersebut.
Dikutip dari detik.com, Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Prawono Meruanto mengatakan belum bisa memastikan penyebab dari fenomena tersebut.
Ia menambahkan, jika bicara terkait kondisi dan kejadian alam, bisa jadi hal ini terjadi waktu hujan dimana hujan tersebut mengandung asam yang cukup tinggi. Sehingga mengakibatkan burung-burung berjatuhan.
Pihaknya pun mengatakan, fenomena ribuan burung berjatuhan seperti dalam video yang viral tersebut, merupakan peristiwa pertama yang terjadi di Bali. Karena belum pernah terjadi sebelumnya, fenomena itu pun dianggap sebagai hal yang aneh.
3. Kulkul di Puri Agung Klungkung Berbunyi Sendiri
Kulkul di Puri Agung Klungkung bisa berbunyi sendiri. Jika kulkul tersebut berbunyi sendiri, pertanda akan ada bencana. Kulkul ini berjumlah dua buah yakni kulkul lanang dan kulkul istri, dimana keduanya dinamakan kulkul pajenengan Puri Agung Klungkung.
Menurut Jero Mangku Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung, I Nyoman Sastrawan, kulkul pejenengan ini berasal dari Blambangan, Jawa. Bahan pembuatannya berasal dari kayu khusus yang bernama silagui. Dimana saat ini keberadaan kayu ini sudah langka.
Konon kulkul sakral ini sudah ada sejak zaman Majahaphit. Saat perang tahun 1908 di Klungkung, kulkul pejenengan ini ke Pura Dalem Kresek, yang masih berada di wilayah Klungkung.
Kulkul pejenengan itu kemudian dikembalikan ke Puri Agung Klungkung tahun 1970 dan masih ada sampai saat ini. Kulkul ini disebutkan sebagai raja tan hana di alam niskala Bali karena kerap memberikan pertanda tertentu saat akan terjadi bencana atau marabahaya di Bali.
Menurut cerita di Bali, bahwa bila kulkul pejenengan ini berbunyi merupakan tanda bahaya atau bencana. Suaranya tidak hanya didengar di Bali, tapi sampai luar Bali.
Saat erupsi Gunung Agung bahkan Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubowono konon juga mendengar suara kulkul pejenengan.
Selain itu, saat terjadinya tragedi bom Bali I dan II, kulkul pejenengan ini juga sempat berbunyi. Bahkan Made Mangku Pastika, ketika itu masih menjadi Kapolda Bali, datang memohon ke Pura Pejenengan Puri Agung Klungkung agar diberikan petunjuk.
4. Kulkul Banjar Merta Rauh Denpasar Bergerak Sendiri
Sebuah video kejadian aneh beredar di media sosial. Dimana kejadian tersebut berupa sebuah kulkul yang bergerak-gerak sendiri. Kejadian ini terjadi di Banjar Mertha Rauh, Desa Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara. Kejadian ini terjadi pada Sabtu, 2 Oktober 2021 sore.
Dalam rekaman video berdurasi 57 detik tersebut, terlihat sebuah kulkul dari dua kulkul yang ada di bale kulkul tersebut bergoyang-goyang sangat keras. Padahal kulkul yang lagi satunya tak bergerak. Video ini direkam oleh seorang laki-laki dan sambil merekam ia menceritakan secara singkat kondisi kulkul tersebut. “Kulkul balai banjar merta rauh satunya bergerak sendiri,” kata perekam video tersebut.
Ia kemudian melanjutkan, “Satu saja yg bergerak sendiri,” katanya. Beberapa detik kemudian ia kembali menegaskan, “Satu saja yg bergerak.”
Dalam video tersebut terlihat suana agak gelap karena mendung. Langit di atas balai kulkul juga terlihat berwarna abu-abu. Terkait kejadian tersebut, Sekaa Teruna Eka Pramana, Banjar Merta Rauh Desa Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara pun melakukan klarifikasi lewat akun instagramnya @st.ekapramana. Pihaknya memberikan klarifikasi terkait fenomena kulkul yang bergerak sendiri tersebut. Klarifikasi ini disebar lewat story instagram. Adapun bunyi klarifikasinya yakni: Klarifikasi kejadian kulkul bergerak.
Kejadian Kulkul bergerak sendiri memang benar terjadi sekitar jam 18.30 wita. Awalnya kulkul di banjar merta rauh (lanang wadon) bergerak ke duanya. Warga setempat mengira ada gempa, ternyata tidak.
Anginpun tidak ada yang berhenbus, pohon juga tidak ada yang bergerak. Tiba-tiba beberapa saatnya pada saat kulkul lanang dan wadong bergerak, kulkul wadon berhenti bergerak. Dan hanya kulkul lanangnya saja yang bergerak. Semakin lama semakin kencang bergeraknya. Akhirnya karena merasa aneh, warga menelpon prajuru dan sudah ditindaklanjuti dengan segehan dan lain-lain. Kejadian ini sulit dijelaskan dengan logika kami. Apalagi banjar kami Br Merta Rauh akan melaksanakan piodalan pada tumpek wariga. Mohon doa semoga lancar dan rahayu sareng sami.
Sampai saat ini belum ada yang tahu apa penyebab kejadian tersebut. Postingan tersebut pun mendapat banyak komentar dari warganet. Bahkan ada yang mengatakan kejadian serupa pernah terjadi di beberapa tempat.
5. Mayat Tak Berbau Busuk di Terunyan
Jenazah di Desa Terunyan Bangli yang meninggal tidak melalui ritual ngaben atau dikremasi, melainkan dibawa ke sebuah tempat lalu diletakkan dan dibiarkan terurai secara alami. Prosesi ini dinamakan mepasah atau kubur angin. Model pemakaman ini telah dilakukan secara turun-temurun.
Adapun mereka yang menjalani prosesi mepasah adalah orang-orang yang meninggal secara normal, misalnya menderita sakit ataupun lanjut usia. Kategori jenazah yang mepasah yaitu orang-orang yang telah berumah tangga, bujangan (teruna), gadis (debungan), dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal (meketus).
Sedangkan bagi mereka yang meninggal dengan cara-cara yang dianggap tidak wajar, contohnya korban pembunuhan, bunuh diri, maupun orang-orang yang jasadnya tidak sempurna mungkin karena suatu penyakit atau kecelakaan, dimakamkan dengan cara dikebumikan.
Ada tiga area permakaman yang lokasinya terpisah di Desa Terunyan ini. Yang pertama adalah Sema Wayah. Area permakaman yang berada di utara desa induk Trunyan ini adalah tempat bagi jasad yang meninggal secara wajar. Mereka dimakamkan secara mepasah.
Jenazah-jenazah tersebut dibaringkan dalam sebuah tempat berbentuk segitiga yang terbuat dari rangkaian bambu. Fungsi bambu ini untuk melindungi jasad agar terhindar dari binatang.
Di Sema Wayah hanya terdapat tujuh tempat pembaringan. Jika ada yang meninggal, tetapi tempat pembaringannya sudah penuh, maka jenazah yang paling lama akan dipindah. Sebelum jenazah lama dipindah, warga akan melakukan sembahyang untuk memohon izin.
Barulah tulang belulang itu diletakkan di sebuah tempat di bawah pohon suci, kemudian dijejerkan bersama kerangka lainnya. Bagi jenazah yang proses meninggalnya dianggap tidak wajar, disemayamkan di Sema Bantas. Lokasinya berada di tenggara desa induk Trunyan.
Sedangkan di Sema Nguda menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi orang-orang yang belum menikah dan anak-anak meketus. Mereka dimakamkan secara mepasah.
Di sini juga terdapat area permakaman bagi bayi yang belum memasuki tahap meketus. Namun, jenazah mereka dikuburkan. Sema Nguda berada di antara Sema Wayah dan desa induk Trunyan.
Meski jenazah-jenazah yang mepasah hanya dibaringkan begitu saja, tetapi tidak tercium bau tak sedap di area permakaman tersebut. Konon, ini karena adanya pohon Taru Menyan yang tumbuh besar di tempat itu. (TB)