Mary Flora Bell merupakan perempuan kelahiran Inggris, 26 Mei 1957. Ia adalah seorang psikopat. Ibunya bernama Elizabeth "Betty"...
Mary
Flora Bell merupakan perempuan kelahiran Inggris, 26 Mei 1957. Ia adalah
seorang psikopat. Ibunya bernama Elizabeth "Betty" Bell yang
merupakan seorang pelacur lokal terkenal yang sering bepergian ke Glasgow untuk
bekerja. Mary adalah anak keduanya, yang dilahirkan ketika Betty sendiri
berusia 17 tahun. Sementara identitas ayah biologis Mary tidak diketahui.
Hampir
sepanjang hidupnya, Mary percaya bahwa ayahnya adalah William "Billy"
Bell seorang pecandu alkohol dan penjahat yang kejam dengan catatan penangkapan
untuk kejahatan termasuk perampokan bersenjata. Namun, dia masih bayi ketika
William Bell menikahi ibunya, dan tidak diketahui apakah dia adalah ayah
biologisnya yang sebenarnya.
Mary
sebenarnya adalah anak yang tidak diinginkan dan diabaikan . Menurut bibinya,
Isa McCrickett, dalam beberapa menit setelah kelahiran Mary, ibunya telah
membenci staf rumah sakit yang mencoba menempatkan putrinya dalam pelukannya.
Sebagai
bayi, balita, dan anak kecil, Mary sering mengalami cedera akibat dianiaya oleh
ibunya. Bahkan keluarganya percaya bahwa ibunya sengaja memalaikannya dan
berusaha membunuh putrinya.
Pada
suatu kesempatan sekitar tahun 1960, Betty menjatuhkan putrinya dari jendela
lantai satu. Pada kesempatan lain, dia menghujani putrinya dengan obat tidur.
Dia juga diketahui pernah menjual Mary kepada seorang wanita gangguan mental
yang tidak memiliki anak yang membuat kakak perempuannya, Catherine, harus
melakukan perjalanan sendirian melintasi Newcastle untuk mengambil Mary.
Meskipun
Betty selalu menyiksa dan menelantarkan Mary, namun ia menolak tawaran keluarganya
untuk mengambil hak asuh Mary. Bahkan diduga sang ibu telah mulai mengizinkan atau
meminta beberapa kliennya untuk melakukan pelecehan seksual pada pertengahan
1960-an kepada Mary.
Hal
itu membuat Mary Bell mengalami gangguan mental. Baik di rumah maupun di
sekolah, Mary menunjukkan sikap yang aneh, termasuk mengalami perubahan suasana
hati yang tiba-tiba. Ia menjadi sering berkelahi dengan anak-anak lain baik
laki-laki maupun perempuan dan beberapa kali mencoba mencekik teman sekelas
atau teman bermainnya.
Pada
satu kesempatan, dia diketahui berusaha memasukkan pasir ke dalam mulut seorang
anak perempuan. Perilaku kekerasan ini pun membuat banyak anak enggan
bersosialisasi dengan Mary. Mary pun hanya memiliki seorang teman perempuan bernama
Norma Joyce Bell yang merupakan tetangganya.
Pada
hari Sabtu 11 Mei 1968, seorang anak laki-laki berusia tiga tahun ditemukan terluka
dan penuh darah di sekitar St. Margaret's Road, Scotswood. Anak itu kemudian
memberi tahu polisi bahwa dia telah dianiaya oleh Mary dan Norma Bell. Pada
malam yang sama, orang tua dari tiga gadis kecil menghubungi polisi untuk
mengadukan bahwa Mary maupun Norma telah berusaha mencekik anak-anak mereka
saat mereka bermain di pasir.
Saat
diinterogasi polisi baik Mary maupun Norma mengaku tidak tahu menahu tentang
hal itu. Saat ditanya tentang percobaan pencekikan ketiga gadis muda itu, Mary
membantah. Namun, Norma mengakui Mary telah mencoba untuk mencekik ketiga anak
perempuan itu. Tapi karena usia mereka, kedua gadis itu hanya diberi
peringatan.
Pada
tanggal 25 Mei 1968, sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-11, Mary Bell
mencekik Martin Brown yang berusia empat tahun di kamar tidur lantai atas
sebuah rumah sepi yang terletak di St. Margaret's Road. Dia dipercaya melakukan
kejahatan ini sendirian. Jenazah Brown ditemukan oleh tiga anak sekitar pukul
15.30. Ia ditemukan telentang dengan tangan terentang di atas kepala. Selain
bintik-bintik darah dan busa di sekitar mulutnya, tidak ada tanda-tanda
kekerasan yang terlihat di tubuhnya. Seorang pekerja lokal bernama John Hall segera
tiba di tempat kejadian dan mencoba memberikan pertolongan tetapi tidak
berhasil.
Saat
itu Mary Bell dan Norma Bell muncul di ambang pintu kamar tidur. Keduanya pun
disuruh pergi oleh John Hall. Akan tetapi keduanya malah mengadu kepada seorang
perempuan yang masih ada hubungan kerabat dengan Martin Brown dengan mengatakan
jika Martin mengalami kecelakaan.
Saat
dokter melakukan pengecekan ke jenazah Martin Brown, tidak ditemukan tanda-tanda
kekerasan pada tubuh anak tersebut, sehingga tidak dapat dipastikan penyebab
kematian anak tersebut.
Pada
sore hari tanggal 31 Juli 1968, seorang anak berusia tiga tahun bernama Brian
Howe terakhir terlihat oleh orang tuanya di jalan di luar rumahnya bermain
dengan salah satu saudaranya, anjing keluarga, Mary dan Norma Bell. Namun, anak
itu tak kunjung pulang hingga malam. Pada pukul 23.10, tim pencari menemukan
tubuh Brian di antara dua balok beton besar di atas Tin Lizzie.
Polisi
yang datang ke lokasi menduga jenazah sengaja disembunyikan di sana. Bibir anak
itu dalam kondisi lebam dan beberapa bagian tubuhnya memar dan goresan terlihat
jelas di lehernya. Sepasang gunting patah juga tergeletak di dekat kakinya. Selain
itu ada bekas bekapan di hidung dan cekikan di leher anak itu. Rambutnya juga
dipotong dan yang paling sadis, alat kelamin anak itu juga telah dimutilasi
sebagian. Di perutnya ditemukan upaya untuk membuat sayatan berbentuk huruf M.
Selanjutnya,
lebih dari seratus detektif dari seluruh Northumberland ditugaskan untuk
penyelidikan, dan lebih dari 1.200 anak telah diinterogasi mengenai keberadaan
mereka pada 2 Agustus. Dua anak yang diinterogasi oleh detektif pada 1 Agustus
adalah Mary dan Norma Bell, yang oleh para saksi disebutkan sebelum kematian Brian
mereka berdua terlihat bermain bersama Brian.
Keduanya
pun mengelak melakukan pembunuhan dan mengaku tidak sempat bertemu Brian. Akan
tetapi pengakuan tersebut bertolak belakang dengan pernyataannya yang mengakui sempat
bermain dengan Brian pada tanggal kematiannya.
Pada
hari berikutnya Mary kembali diinterogasi. Ia menyatakan bahwa dia ingat melihat
seorang bocah lelaki berusia delapan tahun bermain dengan Brian pada sore hari
tanggal 31 Juli, dan bahwa dia juga melihat bocah lelaki itu memukul Brian.
Lebih lanjut, dia menyatakan bahwa dia juga ingat bahwa anak laki-laki itu
tertutup rumput liar seolah-olah dia sedang berguling-guling di rerumputan, dan
dia membawa gunting kecil di tangannya.
Pernyataan
dari Mary ini kemudian meyakinkan Kepala Detektif Inspektur (DCI) James Dobson
bahwa Mary adalah pembunuh yang sebenarnya, karena hanya polisi yang tahu
tentang gunting patah yang ditemukan di TKP.
Selain
itu, anak laki-laki yang Mary sebutkan juga diinterogasi, dan ditemukan fakta
bahwa ia berada di Bandara Internasional Newcastle pada sore hari tanggal 31
Juli, dengan banyak saksi yang dapat menguatkan klaim orang tuanya.
Pada
sore hari tanggal 4 Agustus, orang tua Norma Bell menghubungi polisi,
menyatakan putri mereka ingin mengakui apa yang dia ketahui tentang kematian
Brian Howe. Kepala Detektif Dobson tiba di rumah Norman lalu meminta Norman
berterusterang. Norma kemudian memberitahu Dobson jika Mary sempat mengajaknya
ke Tin Lizzie untuk menunjukkan jenazah Brian. Mary kemudian menunjukkan
kepadanya bagaimana dia mencekik anak itu. Menurut Norma, Mary telah mengaku
kepadanya bahwa dia menikmati saat mencekik anak itu, sebelum menjelaskan
bagaimana dia telah melukai perutnya dengan silet lalu menggantinya dengan gunting
yang patah. Norma kemudian mengantarkan polisi ke TKP dan mengungkap lokasi
persembunyian silet itu.
Mary
Bell didatangi ke rumahnya pada 5 Agustus. Mary tak mengakui dan mengatakan jika
petugas itu ingin mencuci otaknya. Kemudian pada hari yang sama, Norma kembali
diperiksa. Dalam kesempatan itu, dia membuat pernyataan lengkap yang mengaku ada
di sana saat Mary mencekik Brian. Menurut Norma, ketika ketiganya berada di Tin
Lizzie, Mary mendorong anak itu ke rerumputan dan mencoba mencekiknya. Norma kemudian
lari, meninggalkan Mary sendirian dengan Brian.
Pemeriksaan
forensik atas pakaian yang dimiliki oleh kedua gadis itu mengungkapkan bahwa
serat abu-abu yang ditemukan di tubuh Brian sama persis dengan gaun wol milik
Mary dan serat merah marun pada sepatu anak itu sangat serasi dengan rok milik
Norma. Selanjutnya, serat abu-abu yang sama juga ditemukan pada tubuh Martin
Brown.
Jenazah
Brian Howe kemudian dimakankan di pemakaman setempat pada 7 Agustus 1968 dalam
sebuah upacara yang dihadiri oleh lebih dari 200 orang. Malamnya, pada pukul 8,
Mary dan Norma secara resmi didakwa dengan pembunuhan Brian Howe. Namun di
hadapan saksi, Mary menyiapkan pernyataan tertulis di mana dia mengaku ada di
lokasi ketika Brian Howe dibunuh, tetapi bersikeras bahwa pembunuhan itu
dilakukan oleh Norma. Dia juga mengakui bahwa dia dan Norma telah masuk ke
kamar bayi Woodland Crescent sehari setelah pembunuhan Martin Brown, merusak
properti sebelum keduanya menulis empat catatan tulisan tangan.
Tak
lama setelah ditangkap, kedua gadis itu menjalani evaluasi psikologis. Hasil
tes ini mengungkapkan bahwa Norma memiliki keterlambatan intelektual dan
karakter penurut yang mudah menunjukkan emosi, sedangkan Mary adalah karakter
yang cerdas namun licik, rentan terhadap perubahan suasana hati yang tiba-tiba.
Kadang-kadang, Mary bersedia berbicara, meskipun dia dengan cepat menjadi
cemberut, introspektif, dan defensif. Keempat psikiater yang memeriksa Mary
menyimpulkan, meski tidak menderita gangguan jiwa, dia menderita gangguan
kepribadian psikopat .
Pengadilan
Mary dan Norma Bell atas pembunuhan Martin Brown dan Brian Howe dimulai di
Newcastle Assizes pada 5 Desember 1968. Kedua gadis itu diadili di hadapan Hakim,
Ralph Cusack, dan keduanya mengaku tidak bersalah atas tuduhan tersebut.
Pengacara Mary adalah Harvey Robson sedangkan Norma adalah RP Smith.
Pada
hari kelima persidangan, Norma menyangkal bersalah dalam pembunuhan tersebut,
tetapi mengakui. Namun saat ditanya apakah Mary telah menunjukkan kepadanya
bagaimana anak-anak itu dibunuh, Norma mengangguk. Dia kemudian mengakui bahwa,
ketika Mary mulai menyerang dan mencekik Brian Howe, dia tidak mampu meminta
pertolongan kepada sekelompok anak laki-laki yang bermain di sekitarnya. Ditanya
tentang perannya sendiri dalam pembunuhan itu,Norma menyatakan dia tidak pernah
menyentuh anak itu.
Selanjutnya
pada 13 Desember, dalam kesaksiannya Mary menangis dalam pelukan seorang polisi
wanita. Dia membantah tuduhan pembunuhan itu dan bersikeras bahwa meskipun dia melihat
tubuh Martin Brown di St. Margaret's Road, dia sendiri tidak pernah menyakiti
anak itu, dan bahwa dia dan Norma kemudian meminta ibu anak laki-laki itu untuk
melihatnya. Ditanya tentang kematian Brian Howe, Mary mengklaim bahwa Norma
adalah orang yang mencekik anak itu karena dia sendiri hanya berdiri dan
melihat.
Ibu
Norma, Catherine, kemudian bersaksi bahwa, beberapa bulan sebelum pembunuhan
Brian Howe, dia dan suaminya menemukan Mary mencoba mencekik adik perempuan
Norma, Susan, dan ia baru melepaskan cekikan itu setelah suaminya menepuk bahu
Mary.
Pada
13 Desember, kuasa hukum Norma, RP Smith, menyampaikan pembelaannya. Smith
menekankan bahwa meskipun kedua gadis itu diadili bersama, tidak ada bukti
nyata terhadap kliennya, dan satu-satunya bukti terhadap Norma adalah tuduhan
Mary terhadapnya.
Harvey
Robson kemudian menyampaikan pembelaannya terhadap Mary. Robson
mengilustrasikan latar belakangnya yang rusak dan keluarga yang disfungsional,
dan kekaburan antara fantasi dan kenyataan dalam pikirannya. Ia juga mengatakan
bahwa anak tersebut menderita gangguan kepribadian serius yang disebabkan oleh
faktor genetik dan lingkungan.
Sidang
berlangsung selama sembilan hari. Pada tanggal 17 Desember, hakim berunding
selama tiga jam dua puluh lima menit sebelum menjatuhkan vonis kepada mereka. Mary
Bell kemudian dihukum karena pembunuhan kedua anak laki-laki itu dan Norma Bell
dibebaskan dari semua tuduhan. Saat menjatuhkan hukuman, hakim Cusack
menggambarkan Bell sebagai individu yang "berbahaya", dan menambahkan
bahwa dia menimbulkan "risiko yang sangat besar bagi anak-anak lain" dan
bahwa "langkah-langkah harus diambil untuk melindungi orang lain darinya.
Mary
Bell dibebaskan dari Penjara HM Askham Grange pada Mei 1980 pada usia 23 tahun,
setelah menjalani tahanan hampir sebelas setengah tahun. Dia diberikan anonimitas
termasuk nama baru, yang memungkinkan dia untuk memulai hidup baru di tempat
lain. Empat tahun setelah pembebasannya dari tahanan, pada 25 Mei 1984, Bell
melahirkan seorang putri.
Pada
tahun 1998, Bell berkolaborasi dengan penulis Gitta Sereny untuk membuat
tulisan tentang hidupnya sebelum dan sesudah kejahatannya dan dijadikan buku berjudul
Cries Unheard: The Story of Mary Bell . Dalam buku ini, Bell merinci pelecehan
yang dideritanya sebagai seorang anak di tangan ibu pelacurnya. Keberadaan Bell
saat ini tidak diketahui, dan tetap dilindungi oleh perintah Pengadilan Tinggi.
(TB)