Kolase Telusur Bali Tercatat ada 9 orang dari Bali yang pernah menduduki jabatan sebagai menteri sejak awal kemerdekaan hingga pemerintaha...
Kolase Telusur Bali |
Tercatat ada 9 orang dari Bali yang
pernah menduduki jabatan sebagai menteri sejak awal kemerdekaan hingga pemerintahan
Joko Widodo – Ma’aruf Amin. Dari sembilan menteri ini memiliki latar belakang
yang berbeda, ada dari pengusaha, politikus, pendidik, dan ada juga dari unsur
TNI.
Namun, tak semua perjalanan menteri
ini berjalan mulus. Ada juga yang tersandung kasus dan berakhir di penjara.
Seperti halnya yang dialami oleh Jero Wacik ataupun Prof. Dr. Ida Bagus Oka.
Berikut 9 orang menteri dari Bali
tersebut.
1.
I Gusti Ayu Bintang Darmawati
I Gusti Ayu Bintang Darmawati, S.E,
M.Si juga dikenal sebagai Bintang Puspayoga lahir pada 24
November 1968. Ia merupakan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju saat pemerintahan
Jokowi-Ma'ruf Amin. Ia adalah istri dari Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga
yang sempat menjadi menteri Koperasi dan UMKM pada pemerintahan Jokowi-Jusuf
Kalla.
Bintang Puspayoga adalah
wanita Bali pertama yang terpilih sebagai menteri. Dimana sebelum
menjadi menteri ia merupakan PNS yang bertugas di Pemkot Denpasar dengan
jabatan terakhir adalah Asisten II Setda Kota Denpasar.
Sebelumnya, ia juga dikenal sebagai
atlet tenis meja. Ia pernah menjuarai Kejuaraan Tenis Meja PB Perwosi
Oktober 2010 di GOR Sumantri Brojonegoro, Jakarta dan diangkat
menjadi Ketua Umum Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Provinsi Bali
periode 2010-2014. Ia juga merintis kejuaraan tenis meja antar PKK banjar
se-kota Denpasar pada 2002.
2.
Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga
Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga lahir pada 7 Juli 1965. Ia sempat menjabat sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo yang menjabat sejak 27 Oktober 2014 hingga pemerintahan Jokowi – JK berakhir.
Sebelum menjadi menteri, ia juga
menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali periode 2008-2013. Sebelumnya
ia juga menjadi Wali Kota Denpasar untuk periode 2000-2005 dan
2005-2008, tetapi tidak terselesaikan disebabkan dirinya terpilih menjadi wakil
gubernur mendampingi I Made Mangku Pastika dalam pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Bali Tahun 2008.
Pada tahun 2013, ia mencalonkan diri
sebagai calon gubernur Bali periode 2013-2018 yang diusung oleh PDI
Perjuangan didampingi oleh Dewa Nyoman Sukrawan yang merupakan
Ketua DPRD Kabupaten Buleleng 2009-2014. Namun dirinya gagal. Ia menyelesaikan
studi S1 di Universitas Ngurah Rai, Denpasar pada tahun 1991.
3.
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Ida Bagus Sudjana
Sudjana lahir pada 20 Oktober
1936 dan meninggal pada 18 Agustus 2002. Beliau sempat menjabat
sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia pada tahun 1993 hingga 1998 pada pemerintahan presiden Soeharto.
Sebelumnya, ia juga pernah menjabat sebagai Panglima Kodam
XII/Tanjungpura, Kalimantan Barat, Kepala Staf Umum ABRI, dan Sekjen
Dephankam. Sudjana adalah putra asli Bali kelahiran Sanur.
Selepas dari Sekolah Lanjutan Umum
Tingkat Atas (SLUA) Saraswati Denpasar, ia melanjutkan pendidikan
ke Akademi Militer Nasional (AMN) lulus tahun 1960. Di AMN Magelang,
tercatat sebagai angkatan pertama, sekelas dengan Jenderal TNI Edi Sudrajat.
Selanjutnya, penganut
agama Hindu taat ini sempat mengalami pendidikan militer
di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (1973), Sekolah Staf
dan Komando Gabungan (1978), dan Lembaga Pertahanan
Nasional (1980)
Perjalanan kariernya
di TNI dimulai pada 1961 ketika ia menjadi Komandan Peleton Pusat
Pendidikan Artileri Medan Kota Cimahi, Bandung, Jawa Barat. Di
sanalah Sudjana bertemu Iskana Parwati yang menjadi pendamping hidupnya hingga
akhir hayat.
Pada 1971 Sudjana diangkat menjadi
Komandan Rayon Armed Komando Cadangan Strategis Angkatan
Darat (Kostrad). Selama kurun 1975-1978, putra pendeta ini menjabat
sebagai Komandan Resimen Armed Kostrad dan Komandan Resor Militer 121/DAM
XII/TPR. Kariernya di Kostrad juga membawa Sudjana ke Timor Timur
dalam Operasi Seroja.
Banyaknya
pasukan ABRI yang gugur dalam operasi ini mendorong Sudjana
mendirikan Yayasan Wredatama Seroja yang memberikan santunan dan
beasiswa kepada anak-anak tentara. Namun, pengalaman yang dianggap paling mengesankan
adalah ketika Sudjana menjadi Komandan Rayon Militer Sintang, Kalimantan Barat,
pada 1987-1989.
Semasa Jenderal TNI L.B.
Moerdani menjabat sebagai Panglima ABRI, Sudjana yang berpangkat
Mayor Jenderal dilantik menjadi Kepala Staf Umum ABRI. Jabatan terakhir Sudjana
di Militer adalah Sekretaris Jenderal Departemen Kehakiman dan Keamanan dengan
pangkat Letnan Jenderal karena ditunjuk oleh
Presiden Soeharto menjadi Menteri Pertambangan dan Energi.
Mantan Menteri Pertambangan dan
Energi di masa Orde Baru Ida Bagus Sudjana wafat di lantai IV Ruang Gawat
Darurat Paviliun Kartika Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat Gatot
Subroto, Jakarta Selatan, pada hari Minggu sekitar pukul 19.50 WIB. Ayah
tiga anak ini meninggal setelah dirawat selama hampir dua bulan
di RSPAD karena penyakit yang menyerangnya, kanker paru-paru dan
otak.
Sekitar pukul 01.00 WIB jenazah
almarhum diterbangkan ke tanah kelahirannya, Denpasar, Bali, dengan
menggunakan pesawat Pelita Air Sevice dari Lanud Halim Perdanakusuma.
Jenazah akan disemayamkan di Desa Sanur, Denpasar.
4.
Prof. Dr. Ida Bagus Oka
Ida Bagus Oka lahir pada 16 April
1936 dan wafat pada 8 Maret 2010. Sebelum menjadi menteri beliau
adalah Gubernur Bali ke-7 dengan masa jabatan 1988-1998. Beliau
menjadi Gubernur Bali menggantikan Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.
Pada Kabinet Reformasi
Pembangunan pada pemerintahan Presiden Baharuddin Jusuf Habibie,
Ida Bagus Oka diangkat menjadi Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN. Pada
tahun 2001, Oka diadili berhubungan dengan kasus korupsi sebesar Rp. 2,3 Miliar
dan dihukum selama satu tahun.
5.
I Gede Ardhika
Drs. I Gede Ardhika lahir pada
15 Februari 1945. Beliau wafat pada 20 Februari 2021. Ardika
merupakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada Kabinet Gotong
Royong. Ia telah menempati jabatan tersebut sejak 23
Agustus 2000 saat susunan anggota Kabinet Persatuan
Nasional dirombak.
Ia meraih gelar sarjana pada
tahun 1977 dari STIA LAN, Bandung dan merupakan
pejabat karier pada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Ardika bersekolah di Sekolah Rakyat Desa Sudaji kemudian pindah ke Sekolah
Dasar Negeri 2 Singaraja. Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Singaraja, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Singaraja.
Kemudian beliau kuliah di Institut
Teknologi Badung jurusan Fakultas Seni Rupa dan juga Akademi Perhotelan di
Bandung dan pada Juni 1969 – 1972 menempuh pendidikan Akademi Perhotelan,
Institut International Glion, Swiss
Tahun 1996 – 1998 menjabat sebagai
Sekretaris Ditjen Pariwisata, tahun 1998 – 2000 menjadi Dirjen Pariwisata,
Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, tahun 2000 menjadi Waka Badan
Pengembangan Pariwisata dan Kesenian, serta tahun 2001 – 2004 dipilh menjadi
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Kabinet Gotong Royong.
6.
Ir. Jero Wacik, S.E.
Jero Wacik lahir pada 24 April 1949.
Ia menjabat menteri Kebudayaan dan Pariwisata serta Energi dan Sumber Daya
Mineral Indonesia pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Ia
lulus sarjana Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung tahun 1974 dan
dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1983.
Saat berkuliah di ITB, ia sudah bekerja di beberapa perusahaan tekstil di
Bandung sebagai peneliti, sekaligus sebagai asisten jurusan di Teknik
Mesin ITB. Pada tahun 1973, Jero Wacik lulus dengan predikat Mahasiswa Teladan
ITB 1973.
Selulusnya kuliah, Jero langsung
bekerja di PT United Tractors sebagai Asistant Services
Manager dan meniti karier hingga mencapai posisi Government Sales Manager
(1990). Pada tahun 1992, ia keluar dan membangun usahanya sendiri.
Jero Wacik juga mengajar sebagai
dosen mata kuliah pemasaran dan kewirausahaan di Fakultas Ekonomi
UI serta menulis beberapa buku. Pada tanggal 18 Oktober 2011, berkaitan
dengan reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, Jero Wacik dipindah tugaskan
sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Indonesia menggantikan Darwin Zahedy Saleh
Pada hari Rabu, 3 September
2014, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Jero Wacik yang
sedang menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai
tersangka. Jero diduga melakukan tindak pidana korupsi terkait dengan
pengadaan proyek dan Dana Operasional Menteri (DOM) di Kementerian ESDM pada
tahun 2011-2013.
7.
Dr. Ida Anak Agung Gde Agung
Beliau lahir pada 24 Juli
1921 dan wafat pada 22 April 1999. Beliau merupakan ahli sejarah dan
tokoh politik Indonesia. Di Bali ia juga berposisi sebagai raja Gianyar,
menggantikan ayahnya Anak Agung Ngurah Agung. Anaknya, Anak Agung Gde
Agung, adalah Menteri Masalah-masalah Kemasyarakatan pada Kabinet
Persatuan Nasional.
Anak Agung meraih gelar Sarjana
hukum (Mr.) dari Rechtshoogeschool te Batavia dan gelar doktor di
Universitas Utrecht, Belanda, di bidang sejarah.
Pada 1947 ia menjadi Perdana
Menteri Negara Indonesia Timur. Dia mau kerja sama adalah dengan Republik
Indonesia. Dia juga ingin bekerja sama dengan Partai Republik, yang disebut
"Politik Sintesis" . Dia berhasil di negara bagian untuk mengambil
posisi lebih independen. Partai Republik mengakui sebagai hasilnya, pada tahun
1948, Indonesia Timur, bahkan sebagai negara. Hasilnya adalah bahwa ada Partai
Republik lainnya di Eastern Indonesia bersedia bekerja sama atau setidaknya
penentangan mereka terhadap negara dimoderasi. Tetapi kontras antara
"federalis" dan "Unitarian" (Republiken) tetap.
Ia pernah menjabat sebagai Menteri
Dalam Negeri maupun Menteri Luar Negeri pada era pemerintahan
Presiden Soekarno. Selain itu ia pernah menjabat pula sebagai Dubes RI
di Belgia (1951), Portugal, Prancis (1953),
dan Austria.
Pada tanggal 6 November 2007 berdasarkan
Keputusan Presiden RI Nomor 068/TK/Tahun 2007 almarhum dianugerahi
gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono.Keputusan tersebut menimbulkan pro-kontra dari beberapa pihak yang
menganggap Anak Agung sebagai oportunis dan musuh Republik. Sepak-terjangnya di
masa perjuangan kemerdekaan melawan penjajah dinilai menghancurkan perjuangan
republikan.
8.
Prof. Dr. Anak Agung Gde Agung
Ia
adalah politikus Indonesia yang merupakan putra sulung dari
Dr. Ida Anak Agung Gde Agung. Anak Agung meraih gelar Bachelor of
Arts (Honors) dalam mata pelajaran Pemerintahan (thesis - magna cum
laude plus) dari Universitas Harvard dan selanjutnya mendapatkan
gelar Master of Arts dari Fletcher School of International
Law and Diplomacy di Massachusetts, Amerika Serikat. Ia kemudian
menerima gelar Doktor (PhD) dalam bidang ilmu sosial
dari Universitas Leiden di Negeri Belanda dengan
laudasi Excellent untuk thesisnya.
Dr. Anak Agung memulai karier
profesionalnya di Indonesia dalam bidang bisnis pada perusahaan - perusahaan
domestik dan multinasional terkemuka sebagai Presiden Direktur/CEO, Komisaris
Utama dan Pemilik. Pada tahun 1999, ia masuk ke bidang politik dan menjadi
Senator/Anggota di Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR
- RI). Kemudian pada Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, ia diangkat
menjadi Menteri Negara Masalah Masalah Kemasyarakatan (Menteri Sosial) dan
Kepala Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Republik Indonesia. Setelah selesai
mengabdi di Pemerintahan, Dr. Anak Agung mengajar dan menerima gelar Guru Besar
(Profesor Penuh) dari Pemerintah Indonesia di bidang budaya dan turisme dalam
bidang mana ia menulis berbagai buku.
Sepanjang kariernya, Dr. Anak Agung
juga aktif dalam berbagai bidang sosial, antara lain sebagai Ketua Dewan
Pembina Indonesia Financial Executive Association (IFEA), Ketua Dewan
Pembina Indonesia Heritage Society, Ketua Dewan Pembina Yayasan Sekar
Manggis, Anggota Dewan Pembina Yayasan Universitas Trisakti dan Yayasan
PPM (Pendidikan dan Pengembangan Manajemen), Anggota Dewan
Penasehat United State - Indonesia Society (USINDO) serta berbagai
kegiatan sosial, budaya dan pendidikan lainnya.
9.
I Gusti Gde Raka
Tak banyak pembahasan tentang sosok
ini. Namun dibeberapa sumber disebutkan jika beliau adalah menteri Indonesia.
Selain itu, dikutip dari website https://anri.sikn.go.id/
terdapat sebuah Keputusan Presiden Nomor 247/M Tahun 1955 tentang Penetapan
Pemberian Tunjangan Kepada eks-Menteri I. Gusti Gde Raka. Sehingga kemungkinan
beliau menjadi menteri pada masa pemerintahan presiden Soekarno.
Beliau juga diketahui menulis beberapa buku seperti Pengantar Pengetahuan Koperasi Indoensia, Koperasi Indonesia tahun 1981, Monografi pulau Bali terbit tahun 1955. Beliau juga disebutkan menjadi seorang dosen Fakultas Ekonomi dan Akademi Koperasi Denpasar. (TB)