net. Karna atau Radeya adalah nama Raja Angga dalam wiracarita Mahabharata. Ia menjadi pendukung utama pihak Korawa dalam perang besar mel...
net. |
Karna atau Radeya adalah
nama Raja Angga dalam wiracarita Mahabharata. Ia menjadi
pendukung utama pihak Korawa dalam perang
besar melawan Pandawa. Karna merupakan kakak tertua dari tiga di
antara lima Pandawa: Yudistira, Bimasena, dan Arjuna.
Dalam bagian
akhir perang besar tersebut, Karna diangkat sebagai panglima pihak Korawa. Ia
adalah pemanah ulung yang ketangguhannya melebihi Arjuna. Akan tetapi ia harus
gugur di tangan Arjuna atas beberapa sebab.
Berikut 7
penyebab kekalahan Karna saat melawan Arjuna.
1. Kutukan
Parasurama
Parasurama memiliki
pengalaman yang buruk dengan kaum kesatria, sehingga Karna harus menyamar
sebagai brahmana muda agar bisa menjadi muridnya. Pada suatu hari,
Parasurama tidur di atas pangkuan Karna. Tiba-tiba muncul
seekor serangga menggigit paha Karna. Agar Parasurama tidak
terbangun, Karna membiarkan pahanya terluka sementara dirinya tidak bergerak
sedikit pun.
Ketika
Parasurama bangun dari tidurnya, ia terkejut melihat Karna telah berlumuran
darah. Kemampuan Karna menahan rasa sakit telah menyadarkan Parasurama bahwa
muridnya itu bukan dari golongan brahmana, melainkan seorang kesatria asli.
Merasa telah
ditipu, Parasurama pun mengutuk Karna. Kelak, pada saat pertarungan antara
hidup dan mati melawan seorang musuh terhebat, Karna akan lupa terhadap semua
ilmu yang telah ia ajarkan.
Terbukti
saat akhir perang tanding dengan Arjuna saat perang Bharatayudha, Karna
tiba-tiba melupakan semua ilmu yang dimilikinya.
2. Dikutuk
Karena Menabrak Sapi Brahmana
Kutukan
kedua diperoleh Karna ketika ia mengendarai keretanya dan menabrak mati seekor
sapi milik brahmana yang sedang menyeberang jalan.
Sang brahmana
pun muncul dan mengutuk Karna, kelak roda keretanya akan terbenam ke dalam
lumpur ketika ia berperang melawan musuhnya yang paling hebat.
Saat
menghadapi Arjuna ketika perang Bharatayudha, roda kereta Karna terperosok ke
dalam lumpur.
3. Menghina
Drupadi dengan Sebutan Pelacur
Para Pandawa
berhasil membangun sebuah kerajaan indah bernama Indraprastha yang
membuat pihak Korawa merasa iri. Melalui
permainan dadu yang sangat licik, mereka berhasil merebut
Indraprastha dari tangan Pandawa, termasuk kemerdekaan kelima bersaudara itu.
Pada
puncaknya, Yudistira (Pandawa tertua) dipaksa mempertaruhkan Dropadi
demi melanjutkan permainan. Dropadi akhirnya jatuh pula ke tangan
Korawa. Duryodana kemudian menyuruh Dursasana, adiknya untuk
menyeret Dropadi dari kamarnya. Dropadi pun dijambak dan diseret oleh Korawa
nomor dua itu menuju ruang permainan.
Karna yang
masih menyimpan sakit hati kepada Dropadi karena menolaknya saat melakukan sayembara
dulu mengumumkan bahwa seorang wanita yang bersuami lima tidak pantas disebut
sebagai istri, melainkan pelacur.
Mendengar
penghinaan Karna itu, Arjuna pun bersumpah kelak akan membunuhnya.
4. Menolak
Saran Ibunya untuk Bergabung dengan Pandawa
Sebelum
perang Bharatayudha dimulai, Kunti menemui Karna. Kunti menemui putra sulungnya
itu saat bersembahyang di tepi sungai. Ia merayu Karna supaya mau memanggilnya
"ibu" dan sudi bergabung dengan para Pandawa.
Karna
kembali bersikap tegas. Ia sangat menyesalkan keputusan Kunti yang dulu
membuangnya sehingga kini ia harus berhadapan dengan adik-adiknya sendiri
sebagai musuh. Ia menolak bergabung dengan pihak Pandawa dan tetap
menganggap Radha sebagai ibu sejatinya.
Meskipun
demikian, Karna tetap menghibur kekecewaan Kunti. Ia bersumpah dalam perang
kelak, ia tidak akan membunuh para Pandawa, kecuali Arjuna.
Selain
Kunti, Krena dan Bisma juga menyarankan agar Karna bergabung dengan Pandawa.
Namun Karna juga tetap menolak.
5. Karna
Menyerahkan Pusakanya Kepada Indra
Apabila
Karna dilahirkan Kunti melalui anugerah Dewa Surya,
maka, Arjuna lahir melalui anugerah Dewa Indra. Menyadari
kesaktian Karna, Indra merasa cemas kalau Arjuna sampai kalah jika bertanding
melawan putra Surya itu.
Maka, Indra
pun bersiasat merebut baju pusaka Karna dengan menyamar sebagai seorang
pendeta. Konon, jika mengenakan pakaian pusaka tersebut, Karna tidak mempan
terhadap senjata jenis apa pun.
Rencana
Indra diketahui oleh Surya. Ia pun memberi tahu Karna, tetapi Karna sama sekali
tidak risau. Ia telah bersumpah akan hidup sebagai seorang dermawan sehingga
apa pun yang diminta oleh orang lain pasti akan dikabulkannya.
Indra yang
menyamar sebagai seorang resi tua datang menemui Karna saat sedang
sendirian. Ia meminta sedekah berupa baju perang dan anting-anting yang dipakai
Karna. Karna pun mengiris semua pakaian pusaka yang melekat di kulitnya sejak
bayi tersebut menggunakan pisau.
Indra
terharu menerimanya. Ia pun membuka samaran dan memberikan pusaka Indrastra
baru berupa Indrastra (Wasawisakti) atau Konta (yang
bermakna "tombak") sebagai hadiah atas ketulusan Karna. Namun, pusaka
Konta hanya bisa digunakan sekali saja, setelah itu ia akan musnah.
6.
Menggunakan Senjata Konta untuk Membunuh Gatotkaca
Pada hari
ke-14 malam, perang tetap terjadi tanpa dihentikan sehingga melanggar aturan
yang telah disepakati. Duryodana menderita luka parah saat
menghadapi Gatotkaca putra Bimasena. Ia pun mendesak Karna
supaya menggunakan pusaka Vasavi shakti atau Konta untuk membunuh Gatotkaca.
Karena terus
didesak, Karna pun melepaskan Konta dan menewaskan Gatotkaca. Sesuai
janji Indra, Shakti Konta pun musnah hanya dalam sekali
penggunaan. Kresna selaku penasihat pihak Pandawa merasa
senang karena dengan demikian, nyawa Arjuna bisa terselamatkan.
Ia
mengetahui kalau selama ini Karna mempersiapkan Shakti Konta untuk membunuh
Arjuna.
7. Ikut
Mengeroyok Abimanyu
Pada pertempuran
hari ketigabelas, Abimanyu dikeroyok tanpa ampun oleh para ksatria Kurawa.
Tanpa memperhatikan aturan perang, pengeroyokan itu pun membuat Abimanyu tewas.
Dalam pengeroyokan tersebut, Karna juga ikut terlibat.
Teringat
pada kematian putranya yang tragis tersebut, Arjuna pun melepaskan panah
Pasupati di saat Karna sedang mengangkat roda keretanya yang masuk ke dalam
lumpur. Panah yang melesat memenggal kepala Karna. Karna pun tewas seketika.
8. Sakit
Hati Salya Kepada Karna
Setelah Drona gugur
pada hari kelima belas, Duryodana menunjuk Karna sebagai panglima
yang baru. Karna maju perang
dengan Salya raja Madra sebagai kusir keretanya, dengan
harapan bisa mengimbangi Arjuna yang dikusiri Kresna.
Salya
sendiri sakit hati karena merasa direndahkan oleh Karna. Sambil mengemudikan
kereta ia gencar memuji-muji kesaktian Arjuna untuk menakut-nakuti Karna.
Pada hari
keenam belas, Karna berhasil
mengalahkan Yudistira, Bimasena, Nakula, dan Sadewa, tetapi
tidak sampai membunuh mereka sesuai janjinya di hadapan Kunti dulu.
Karna kemudian bertanding melawan Arjuna. Keduanya saling berusaha membunuh
satu sama lain.
Ketika Karna
mengincar leher Arjuna menggunakan panah Nagasatra, diam-diam Salya memberi
isyarat pada Kresna. Kresna pun menggerakkan keretanya sehingga panah pusaka
tersebut meleset hanya mengenai mahkota Arjuna. Pertempuran tersebut akhirnya
tertunda oleh terbenamnya matahari.
Pada hari
ketujuh belas, perang tanding antara Karna dan Arjuna dilanjutkan
kembali. Setelah bertempur dalam waktu yang cukup lama, kutukan atas diri Karna
pun menjadi kenyataan. Ketika Arjuna membidiknya menggunakan
panah Pasupati, salah satu roda keretanya terperosok ke dalam lumpur
sampai terbenam setengahnya.
Karna tidak
peduli, ia pun membaca mantra untuk mengerahkan kesaktiannya mengimbangi
Pasupati. Namun, kutukan kedua juga menjadi kenyataan. Karna tiba-tiba lupa
terhadap semua ilmu yang pernah ia pelajari dari Parasurama.
Karna
meminta Arjuna untuk menahan diri sementara ia turun untuk mendorong keretanya
agar kembali berjalan normal. Pada saat itulah Kresna mendesak agar
Arjuna segera membunuh Karna karena ini adalah kesempatan terbaik.
Arjuna
ragu-ragu karena saat itu Karna sedang lengah dan berada di bawah. Kresna
mengingatkan Arjuna bahwa Karna sebelumnya juga berlaku curang karena ikut
mengeroyok Abimanyu sampai mati pada hari ketiga belas.
Teringat
pada kematian putranya yang tragis tersebut, Arjuna pun melepaskan panah
Pasupati yang melesat memenggal kepala Karna. Karna pun tewas seketika. (TB)
Berikut Video Lengkapnya: