Perayaan Nyepi saka 1942 tahun 2020 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2020. Sehingga untuk Pangerupukan akan dilaksanakan sehari seb...
Perayaan
Nyepi saka 1942 tahun 2020 dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Maret 2020. Sehingga
untuk Pangerupukan akan dilaksanakan sehari sebelumnya yaitu Selasa, 24 Maret
2020.
Dan
salah satu ciri khas dari Pangerupukan ini yaitu dilaksanakannya prosesi
mengarak ogoh-ogoh. Berbagai macam ogoh-ogoh akan diarak berkeliling desa
ataupun kota. Untuk mempersiapkan pangerupukan ini, sekaa teruna bahkan sudah
jauh-jauh hari mempersiapkannya yang diawali dengan membuat sketsa dari
ogoh-ogoh yang akan dibuat.
Berikut
16 sketsa ogoh-ogoh yang akan dibuat oleh sekaa teruna di Bali yang sudah
tersebar di media sosial dan dirangkum TelusurBali.com.
1. Pempatan Agung
Saat Nyepi saka 1942 tahun 2020, STT. Dharma Kaniaka Banjar Dajan Peken, Timpag, Tabanan membuat ogoh-ogoh berjudul Pempatan Agung. Dikutif dari akun instagram @sttdharmakaniaka.timpag dituliskan Pempatan Agung atau disebut juga Catus Patha adalah persimpangan jalan yang erat kaitannya dengan simbol tapak dara yg merupakan pusat pertemuan energi positif dan negatif.
Dijelaskan dalam beberapa lontar seperti Dewa Tattwa maupun Eka Pratama, dalam seluk beluk caru dan tawur disebutkan terutama untuk Tawur kesanga dilaksanakan di Pempatan Agung, karena dalam Lontar Bhumi Kamulan dan Siwa Gama diceritakan di tempat inilah mula pertama Dewi Uma berubah wujud menjadi Dewi Durga untuk menciptakan Bhuta Kala dan di tempat ini pula Sang Pretanjala berubah menjadi Maha Kala serta mengutuk keempat saudaranya untuk ditempatkan masing-masing penjuru mata angin.
Tidak heran, jika orang-orang yang menekuni ilmu pangiwa memanfaatkan energi negatif Pempatan Agung untuk mendapat panugrahan Bhatari Durga dan Sang Mahakala. Namun demikian, fenomena seperti itu saat ini tentunya sudah jarang karena kawasan Pempatan Agung atau Catus pata kini sudah ramai, bahkan menjadi titik kawasan bisnis dan pemerintahan suatu wilayah. "Berdasarkan cerita tersebut penggarap mengimplementasikan kedalam bentuk karya seni ogoh-ogoh dengan konsep menghadap keempat penjuru mata angin," tulis akun @sttdharmakaniaka.timpag.
2. Pitik Bengil
Sekaa
Eightpayet tahun 2020 akan membuat ogoh-ogoh berjudul Pitik Bengil. Dalam
sketsa yang telah dibuat terlihat gambar seekor siluman ayam (pitik bengil)
memegang kepala orang.
3. Sang Dasaksara
Pada
Nyepi saka 1942, ST. Mawa Pertiwi, Tegallinggah, Penebel, Tabanan, akan membuat
ogoh-ogoh berjudul Sang Dasaksara. Dalam sketsanya terlihat sesosok Bhuta Kala
menyeramkan dan di atasnya tergambar 10 aksara atau dasa aksara.
Dikutif
dari akun instagram @ stmp1980 dituliskan narasi Aku bukanlah sebagai pengisi
tulisan belaka, pengetahuan lahir bersama jiwaku, sastra terbentuk bersama
jiwaku, setiap mantra terdapat jiwaku, setiap jiwaku ada di seluruh alam
semesta (buana agung), dan jiwaku adalah pendamping dari ragamu (buana alit),
aku adalah kekuatan dari alam semesta, bangkitkan aku dalam ragamu, ketika aku
terbangun maka seluruh kekuatan alam semesta akan menyertaimu, setiap
pengetahuanmu adalah AKU "Sang Dasaksara" "Sang" "Bang"
"Tang" "Ang" "Ing" "Nang"
"Mang" "Sing" "Wang" "Yang". Rahayu
caka 1942
Taksu
Cilinaya merupakan judul ogoh-ogoh tahun 2020 yang akan dibuat oleh STT Putra
Bhakti, Banjar Tengah Sempidi, Badung. Ogoh-ogoh ini terinspirasi dari ornamen
“cili” yang terdapat pada lamak Bali yang digunakan tatkala ada upacara adat
atau agama.
Pada akun @stt_putra_bhakti dituliskan perwujudan Cili atau Deling pada lamak disebut sebagai sampian Cili dengan hiasan wajah yang menyimbolkan kekuatan keindahan atau simbol kedewataan. Cili dilambangkan dengan figur perempuan dengan ciri khas bentuk segitiga terdiri dari tiga unsur yakni kepala, badan dan kaki seperti halnya dalam motif hias cilinaya. Mengandung makna sebagai permohonan keindahan. Cili merupakan simbol purusa dan pradana yang nantinya memiliki penekanan kepada konsep Rwa Bhineda.
Simbol Cili yang dihadirkan pada karya ini mengandung makna sebagai permohonan kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar senantiasa dianugrahkan kerahayuan dan keselamatan terhadap Bhuana Agung dan Bhuana Alit agar kehidupan di Bumi bisa terus berjalan harmonis.
Cili di Bali sangat terkait dengan kehidupan sosial keagamaan yang selalu menjaga dan memelihara bahkan memberi perubahan dalam bentuk dan fungsinya, sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Pada akun @stt_putra_bhakti dituliskan perwujudan Cili atau Deling pada lamak disebut sebagai sampian Cili dengan hiasan wajah yang menyimbolkan kekuatan keindahan atau simbol kedewataan. Cili dilambangkan dengan figur perempuan dengan ciri khas bentuk segitiga terdiri dari tiga unsur yakni kepala, badan dan kaki seperti halnya dalam motif hias cilinaya. Mengandung makna sebagai permohonan keindahan. Cili merupakan simbol purusa dan pradana yang nantinya memiliki penekanan kepada konsep Rwa Bhineda.
Simbol Cili yang dihadirkan pada karya ini mengandung makna sebagai permohonan kepada Sang Hyang Widhi Wasa agar senantiasa dianugrahkan kerahayuan dan keselamatan terhadap Bhuana Agung dan Bhuana Alit agar kehidupan di Bumi bisa terus berjalan harmonis.
Cili di Bali sangat terkait dengan kehidupan sosial keagamaan yang selalu menjaga dan memelihara bahkan memberi perubahan dalam bentuk dan fungsinya, sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.
5. Bawi Srenggi
ST
Widya Bhakti, Banjar Pegok, Sesetan Denpasar akan membuat ogoh-ogoh berjudul
Bawi Srenggi. Berwujud seekor bawi (bawi) raksasa. Terlihat dalam sketsanya,
seorang raksasa berwajah babi dengan taringnya yang panjang. Babi itu juga
mengeluarkan api pada bagian rambutnya serta mengangkat satu kakinya.
6. Atma Lingga
ST.
Dharmaja, Banjar Dauh Kutuh, Ubung Kaja akan membuat ogoh-ogoh berjudul Atma
Lingga. Dalam sketsanya yang diunggah pada akun instagram ST. Dharmaja terlihat ada tiga sosok yang
digambarkan. Salah satunya ada sosok Dewa Ganesha dan Dewa Siwa.
"Karena di dalam dunia ini tidak ada yang bisa melampaui keabadian dewa" ATMA LINGGA" Coming soon caka 1942," tulis akun tersebut.
7. Wit Sarwa Guna (Tantu
Pagelaran)
Sementara
itu, STT. Dharma Wila Yudha Br. Sama Kelurahan Pedungan-Denpasar Selatan akan
membuat sebuah ogoh-ogoh berjudul Wit Sarwa Guna (Tantu Pagelaran). Pada sketsa
yang dibuat terlihat sesosok manusia bertangan empat memenggal kepala raksasa
yang memiliki lima kepala. Dan didepannya terlihat pula manusia berkepala
burung.
8. Sagraha Laku Ngiwa
Ogoh-ogoh
STT. Sila Dharma, Br. Tengah Darmasaba, Abiansemal Badung tahun 2020 akan
mengangkat sosok Dewa Indra. Garapan mereka diberi judul Sagraha Laku Ngiwa. "Sosok
Dewa Indra yg disegani dalam menjalani Dharma memihak/menolong kejahatan karena
akan janji," tulis akun instagram resmi STT. Sila Dharma @sekateruna.siladharma.
Terlihat
tiga sosok yang digambarkan dalam sketsa ogoh-ogoh yang dibuat, yakni Dewa
Indra yang mengendarai gajah melawan raksasa buaya berwarna hijau. Juga ada
sesosok manusia yang juga melawan buaya raksasa ini dengan panah.
9. Durga Mahesasura Mardini
Tahun 2020, ST. Wiwaradhika, Br. Belong Gede Pemecutan Kaja, Denpasar akan membuat ogoh-ogoh berjudul Durga Mahesasura Mardini. Dalam sketsanya terlihat sosok Dewi Durga bertangan banyak dengan memegang banyak senjata.
Tahun 2020, ST. Wiwaradhika, Br. Belong Gede Pemecutan Kaja, Denpasar akan membuat ogoh-ogoh berjudul Durga Mahesasura Mardini. Dalam sketsanya terlihat sosok Dewi Durga bertangan banyak dengan memegang banyak senjata.
Dewi
Durga juga menjulurkan lidahnya yang panjang dan mengendarai singa. Di depannya
ada sesosok raksasa yang bernama Mahesasura, raksasa yang berbadan kerbau dan
berkepala manusia raksasa.
STT.
Sakatarunata, Banjar Sebita, Sempidi, Badung tahun 2020 mendatang akan membuat
ogoh-ogoh berjudul Cetik Kerawang. Pembuatan ogoh-ogoh ini akan dimulai pada
bulan Januari 2020 ini.
Dalam
narasi yang diunggah pada akun @stt_sakatarunata dituliskan terkait cerita dari
ogoh-ogoh ini. Menurut akun tersebut, dalam ilmu kepengiwan atau desti , cetik
kerawang yang lebih di kenal cetik kerikan gangsa ini adalah salah satu jenis
cetik yang berkembang di masyarakat bali. Cetik juga dalam persepsi masyarakat
bali , tidak hanya sebagai racun namun juga sebagai salah satu sarana untuk
membunuh orang lain yg juga di dukung dengan kekuatan gaib dan mantra - mantra
tertentu.
Secara umum , jenis cetik yg paling terdengar di telinga masyarakat bali yakni cetik kerawang atau biasanya di sebut cetik kerikan gangsa yg berbahan dasar serpihan tembaga yg di ambil dari sebuah lempengan gong gangsa atau salah satu jenis perlengkapan gambelan bali , kemudian di campur dengan gelugut (medang-medang)pohon bambu kuning.
Cetik ini hanya mampu di lakukan oleh orang yg memiliki ilmu hitam atau desti , bahkan secara tidak langsung hanya memandang makanan atau minuman saja , maka korbannya akan menjadi sakit seperti yang dihendaki. Kewisesan yang di perolehnya di sebar luaskan secara rahasia dengan menggunakan sarana seperti mas, mirah, tembaga, kertas rerajahan dan lain-lain.
Tujuan orang nyetik atau yg melakukan perbuatan mencelakai dengan menggunakan cetik amat beragam. Biasanya di karenakan sifat iri hati atau dengki , kecemburuan sosial , balas dendam dan berselisih paham , layaknya menggambarkan sosok raksasa yg berkuasa dan menyeramkan.
Secara umum , jenis cetik yg paling terdengar di telinga masyarakat bali yakni cetik kerawang atau biasanya di sebut cetik kerikan gangsa yg berbahan dasar serpihan tembaga yg di ambil dari sebuah lempengan gong gangsa atau salah satu jenis perlengkapan gambelan bali , kemudian di campur dengan gelugut (medang-medang)pohon bambu kuning.
Cetik ini hanya mampu di lakukan oleh orang yg memiliki ilmu hitam atau desti , bahkan secara tidak langsung hanya memandang makanan atau minuman saja , maka korbannya akan menjadi sakit seperti yang dihendaki. Kewisesan yang di perolehnya di sebar luaskan secara rahasia dengan menggunakan sarana seperti mas, mirah, tembaga, kertas rerajahan dan lain-lain.
Tujuan orang nyetik atau yg melakukan perbuatan mencelakai dengan menggunakan cetik amat beragam. Biasanya di karenakan sifat iri hati atau dengki , kecemburuan sosial , balas dendam dan berselisih paham , layaknya menggambarkan sosok raksasa yg berkuasa dan menyeramkan.
ST.Catsper
Manggala di jalan Nangka Selatan Gg. Perkutut akan membuat ogoh-ogoh yang
berjudul Sang Hyang Kumara. Latar belakang pembuatan ogoh-ogoh ini yakni
terkait dengan putra Dewa Siwa yang bernama Sang Hyang Rare Kumara. Dalam
akun instagram sekaa teruna ini @catsper.official dituliskan Sang Hyang Kumara dalam Lontar Kala
Purana dan Dharma Pewayangan merupakan Putra Dewa Siwa. Tersebutlah Bhatara
Siwa di Sorga mempunyai dua orang putra, yang satu berperawakan raksasa yang
bernama Bhatara Kala, sedangkan adiknya bernama Sang Hyang Kumara yang masih
kecil atau rare.
Bhatara
Kala lahir pada saat sore hari tepat pada sandikala yaitu Kemis Pon Wuku Wayang
dan adiknya Sang Hyang Kumara lahir pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Wayang.
Bhatara Kala pergi bertapa dan adiknya diasuh oleh ayahnya (Bhatara Ciwa)
karena masih kecil. Setelah lama Bhatara Kala bertapa besarlah Ia dan mendapat
penugrahan dari Sanghyang Kasuhan Kidul. Ini panugrahan itu yang memperbolehkan
memakan orang-orang yang lahir pada wuku Wayang, memakan orang yang berjalan
pada kalitepet (pertengahan hari) dan sandikala (waktu peralihan antara sore
dan malam hari).
ST.Eka
Bhuana Jaya, Banjar Kauhan, Desa Pesedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten
Karangasem akan membuat ogoh-ogoh berjudul Sang Gajah Mina. Dalam sketsa yang
diunggah di akun instagramnya @st.ekabhuanajaya terlihat sesosok ikan berkepala
gajah. Juga memiliki empat tangan.
ST.
Dharmasanti, Banjar Dharma Santi, Ubung Kaja, Denpasar Utara pada Nyepi tahun
2020 mendatang akan membuat ogoh-ogoh berjudul Bhuta Nawasari.
St.
Bineka, Br Binoh Kelod, Denpasar akan membuat ogoh-ogoh berjudul Manomaya Kosa.
Pada akun instagram sekaa truna ini diceritakan sepintas tentang ogoh-ogoh yang
akan dibuat. Dituliskan dalam akunnya bahwa manomaya kosa, unsur manah atau
pikiran yang masih menyelubungi atman, dimana atman masih dipengaruhi oleh
pikiran atau pikiran masih melekat pada atman seperti ingatan-ingatan semasa
hidupnya yang lalu.
Juga dijelaskan tentang makna pada setiap bagian ogoh-ogoh yang dibuat yaitu babi dan bhuta melambangkan sifat-sifat duniawi seperti rakus, serakah, licik, dan lain-lain yang senantiasa menggoda "sang diri" untuk mendapatkan kepuasan material. Tunggul berakar menyimbolkan tubuh dari "sang diri" yang masih terikat reinkarnasi untuk menebus karma dari kehidupan lampau.
Badan dengan memegang kepala beragam ekspresi merepresentasikan "sang diri" yang masih terpengaruh oleh ingatan-ingatan dari kehidupannya yang lalu. Berdiri dengan satu kaki melambangkan keinginan untuk lepas dari ikatan duniawi.
Juga dijelaskan tentang makna pada setiap bagian ogoh-ogoh yang dibuat yaitu babi dan bhuta melambangkan sifat-sifat duniawi seperti rakus, serakah, licik, dan lain-lain yang senantiasa menggoda "sang diri" untuk mendapatkan kepuasan material. Tunggul berakar menyimbolkan tubuh dari "sang diri" yang masih terikat reinkarnasi untuk menebus karma dari kehidupan lampau.
Badan dengan memegang kepala beragam ekspresi merepresentasikan "sang diri" yang masih terpengaruh oleh ingatan-ingatan dari kehidupannya yang lalu. Berdiri dengan satu kaki melambangkan keinginan untuk lepas dari ikatan duniawi.
Br
Telanga Tegal, Darmasaba, Badung akan membuat ogoh-ogoh berjudul Sang Hyang
Dedari. Ogoh-ogoh ini menampilkan tiga sosok yakni seorang lelaki, perempuan
yang menari rejang dan sesosok raksasa.
Ogoh-ogoh
Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana Br. Tainsiat, Denpasar memang selalu
ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Dan setelah sebelumnya membuat ogoh-ogoh yang
berkisah tentang Sang Kumbakarna, pada tahun 2020 akan membuat ogoh-ogoh yang
berjudul Tedung Agung. (TB)